Boleh ya, saya bercerita sedikit? Tentang
sebuah kekaguman. Saya termasuk follower satu akun Instagram (IG)
dari kang aboy dari FLP (Forum Lingkar Pena) Jawa Barat setelah kepulangan dari
MUNAS (Musyawarah Nasional) Nopember 2017 lalu, yang membuat saya kepo. Bukan
persoalan kepo orangnya ya. Tapi tentang petualangan yang mengundang perhatian
saya setiap kali muncul ketika membuka IG. Apa itu? Sabar... Sejenak
merenggangkan otot-otot jari terlebih dahulu.
Sebenarnya, ada satu hobi yang terlanjur
jatuh cinta ke dunianya. Yaitu sebuah petualangan tentang pendakian. Mendaki
gunung dengan ketinggian berapapun asal mampu dan sanggup. Bukan hanya mendaki
yang asal-asalan loh ya, tapi harus turut mencintai alam sekitarnya. Ada yang
sama hobinya? Yuklah, kapan-kapan kita mencurahkan hobi kita bersama.
Dimanapun, apalagi gunung di Jawa Timur, khatam mungkin (lebay dikit) he-he-he.
Tapi tetap, moment saat muncak di Mahameru yang belum terlupakan.
Aits, panjang lebar nanti bahasan tentang Mahameru. Padahal bukan ini
yang hendak saya ceritakan. Ada yang lain, lebih amazing.
Ekspedisi Netra (Photo by kang aboy) |
Beberapa kali saya melakukan petualangan
mendaki gunung. Belum pernah saya menjumpai kegiatan mendaki yang sungguh
berbeda kali ini. Namanya "Ekspedisi Netra" atau dikenal juga dengan Blind
Expedition. Kegiatan ini merupakan ekspedisi pendakian bagi tuna netra yang
diselenggarakan oleh Pantera Fisip Unpad bersama ElHijab ke gunung Manglayang
pada tanggal 2-3 Desember 2017 lalu, yang sekaligus bertepatan dengan hari
Disabilitas Internasional. Bagi pembaca yang pernah melakukan pendakian ke
sebuah pegunungan pastilah tahu, bagaimana menantangnya pendakian yang
dilakukan oleh para pecinta alam. Maaf sebelumnya, saya harus menuliskan sebuah
ungkapan ini. Bagi seseorang yang normal dalam penglihatan saja, mendaki gunung
tidak bisa dikatakan mudah. Apalagi ini pendakian yang dilakukan oleh seorang
yang belum seberuntung kita. Sungguh membuat merinding kala saya kepo
dengan kegiatan ekspedisi ini.
Pendakian Ekspedisi Netra (Photo by Ekspedisi Netra) |
Banyak
persiapan yang dilakukan sebelum memulai pendakian selama beberapa bulan
bersama tim Pantera, termasuk simulasi dikawasan hutan Unpad dan bahkan jalur
pendakian awal Manglayang. Ekpedisi netra dilakukan oleh 20 orang pendaki.
Terdiri dari delapan orang dewasa netra dari pertuni Kab. Bandung. Sedang 12
orang lainnya adalah siswa-siswi dari SLB A Negeri Bandung. Mereka melakukan
ekspedisi ini dibantu oleh orang-orang yang sangat luar biasa di balik layar.
Seperti para pendamping dari Pantera sendiri, Guru-guru SLB A Negeri Bandung, Volunteer
dari Elhijab, dan Himpala Elcorp. Sungguh..semakin membuat saya semakin
tergelitik untuk mencari tahu bagaimana mereka bisa melakukan pendakian hingga
puncak. So amazing.
Proses Pendakian (Photo by Ekspedisi Netra) |
Pendakian
dilakukan selama empat jam lebih untuk sampai ke puncak gunung Manglayang tanpa
ada kendala apapun. Sebab sebelumnya ada pembekalan dan persiapan yang
benar-benar matang. Hebatnya dan sungguh luar biasanya, teman-teman tuna netra
tetap saling mendukung dan bergandengan dalam setiap perjalanan ekspedisi ini.
Bahkan selalu solat lima waktu secara berjamaah di puncak gunungnya. Sungguh,
membuat saya merinding.
Menuju Puncak Gunung Manglayang Ekspedisi Netra (Photo by Ekspedisi Netra) |
Sekali
lagi, kegiatan ekspedisi ini adalah hal yang benar-benar luar biasa. Ketidak
sempurnaan dalam diri manusia tidak bisa menghalangi tekad dan niat kesungguhan
dalam diri seseorang untuk merasakan sesuatu yang banyak
dikatakan tidak mungkin oleh orang di luar sana. Keindahan dan kenikmatan dari
alam bebas tidak semuanya bisa dirasakan oleh mata, tapi hati yang tetap
berjuang dan bersyukur kepada Sang Pembuat Keindahan itu sendiri. Sangat
menginspirasi sekali ekspedisi netra ini. ^ ^
Upacara Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Puncak Gunung Manglayang Ekspedisi Netra (Photo by kang Aboy) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa jejakkan komentar terbaikmu. Terima Kasih ^ ^