Tiba-tiba jari saya kaku ketika membuka word. Hanya melihat kursor yang kedap-kedip. Bingung memulainya. Dalam pikiran saya banyak yang mau saya tuliskan tentang aktivitas di bulan ramadhan 1438 H kali ini. Beberapa pengalaman dan dunia baru yang saya geluti saat ini. Ok, satu dulu yang saya jejakkan di sini. Bertahap. Mengeluarkan apa yang sejak kemarin saya ingin tuliskan. Katanya, bulan ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Dalam setiap aktivitasnya akan di bandrol dengan pahala yang berlipat-lipat. Ganjaran yang di obral besar-besaran. Nah, ada sebuah aktivitas yang menurut saya seru, unik dan kreatif. Apalagi dalam aktivitas ini ada plus-plusnya.
Jumat (9/6) tepat ba’da salat ashar saya mendatangi lapangan T karah yang terletak di jalan karah Surabaya. Di lapangan tersebut terdapat aktivitas ngabuburit yang menurut saya sayang jika dilewatkan. Disebutnya “Ngamen” alias singkatan dari Ngabuburit Memanah. Acara yang diadakan oleh sekumpulan pemuda dalam komunitas SWAT (Surabaya With Archery of Tradisional) dan bekerja sama dengan ACT (Aksi Cepat Tanggap). Sebenarnya bukan untuk pertama saya mengikuti aktivitas panahan ini, sudah beberapa kali. Namun, untuk aktivitas panahan kali ini berbeda.
Diawal saya sudah mengutarakan aktivitas memanah yang satu ini plus-plus. Kenapa saya bilang plus-plus? Sabar, nanti pembaca akan bisa menyimpulkannya sendiri. Ada sebuah hadits yang menuliskan seperti ini “Rasulullah shallahu alaihi wasalam bersabda: Tidak ada hiburan (yang bermanfaat) kecuali dalam tiga hal; seorang laki-laki yang melatih kudanya, candaan seseorang terhadap istrinya, dan lemparan anak panahnya. Dan barang siapa yang tidak memanah setelah ia mengetahui ilmunya karena tidak menyenanginya, maka sesungguhnya hal itu adalah kenikmatan yang ia kufuri.” (HR. Nasa’i). Nah, dari sini, hiburan mana lagi yang lebih baik di tengah-tengah ramadhan ini? hiburan yang tidak sekedar hiburan. Yang artinya plus berbahagia dengan sunnah Rosul kita.
Panahan (Dok. Pribadi) |
Satu bidikan meluncur dari tangan saya. Walau belum berhasil untuk membidik lingkaran paling tengah berwarna merah tapi kefokusan saya masih menyentuh ke lingkaran berwarna kuning. Tak apalah, mesti banyak berlatih lagi. Menyenangkan bukan? Sedikit-sedikit belajar memanah dengan busur anak panah sebelum dipanah dengan lainnya. Ups... he-he-he. Mari kembali ke topik tulisan. Keseruan dalam aktivitas ini, tidak hanya berhenti dengan sekedar melepaskan anak panah saja. Ditengah-tengah aktivitas memanah, datanglah salah satu ulama dari negeri Piramida bersama tim ACT (Aksi Cepat Tanggap). Beliau dikenal dengan Syekh Khaled Saad Mohamed Elsamouli berasal dari Sudan. Membaur bersama para pemuda yang asik dengan busur dan anak panahnya.
Kedatangan Syekh Khaled Saad Mohamed Elsamouli bersama ACT (Dok. Pribadi) |
Sejenak, aktivitas memanah terhenti dan berganti dengan sebuah tausiyah pengisi hati. Memberikan cerita dan pesan kepada kami tentang bangganya menjadi seorang muslim. Membuka cakrawala dan mengetuk hati seluruh pemuda di tengah-tengah lapangan. Tidak hanya bertausiyah saja. Namun panahan kali ini, juga mengajarkan kepada kami tentang arti sebuah ketulusan dan kepedulian. Tulus dari hati untuk memberi. Peduli dengan kasih untuk berbagi. Setiap manusia di dunia memang mencari suatu kebahagiaan. Kebahagiaan dari dunawi, namun ingat, tak ada yang lebih hakiki selain kebahagiaan selain duniawi itu.
Tausiyah ditengah-tengah memanah (Dok. Pribadi) |
Jika sebagian insan diluar sana banyak yang memilih bersenang-senang dan mementingkan diri sendiri. Maka coba renungkan ini, 24 jam waktu berotasi. Menyita segala aktifitas untuk keperluan dunawi semata hingga lupa dengan kabar dibelahan dunia lainnya. Kabar dari nasib kehidupan orang lain yang tak seberuntung dari saya. Kabar dari mereka yang masih memperjuangkan hidupnya yang belum bisa dipastikan bisa atau tidak bisanya hidup. Sudah tahukah kabar saudara di belahan bumi syam yang tiap kali hidup dalam ketakutan? Kelaparan yang tiap hari dirasakan? Penganiayaan yang tiap hari dirintihkan? Kondisi yang serba krisis dan pertaruhan nyawa disaksikan? Ah, sungguh mengerikan jika hidup hanya dalam naungan duniawi tanpa memperdulikan kehidupan lainnya. Bersenang-senang menjadi kebiasaan hingga hati menjadi kaku dan keras. Sungguh miris. Mungkin, ramadhan kali ini bisa menjadi moment spesial sebagai batu loncatan untuk berubah. Hijrah untuk menjadikan hidup ini penuh makna dan berarti. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Boleh bersenang-senang dalam duniawi namun jangan sampai lupa dengan kehidupan setelah duniwi. Bersenang-senang dengan aktivitas yang masih dalam koridor agama dan menjadi investasi kehidupan akhirat kita. Bagaimana dengan pembaca? Sudahkah ramadhan kali ini plus-plus? Mari sama-sama menjadikan moment ramadhan kali ini penuh arti dalam cerita hidup kita. ^ ^
Syekh Khaled dalam Tausiyahnya (Dok. Pribadi) |