Entah mengapa saya tak bosan untuk bercerita tentang keunikan dari sebuah kota terkecil yang berkembang dari satu pulau di provinsi Sulawesi Tengah. Kota ini berasal dari kata Totolu yang berarti tiga. Konon masyarakat mengartikannya sebagai tiga manusia kayangan turun ke bumi dengan menjelma melalui tiga bentuk. Pertama, olisan bulan dalam bahasa Indonesia berarti bambu emas. Kedua, bumbung lanjat yang bermakna puncak pohon langsat. Dan ketiga, ue saka yang dapat dipahami seperti sejenis rotan. Kemudian berganti menjadi Tontoli dan terakhir berubah menjadi Toli-toli. Jika dipikir, berat sekali kalimat pembuka dalam cerita ini. Berkaitan dengan sejarah yang memenatkan. Santai, boleh diberhentikan membacanya, cukup sampai di sini jika menurut pembaca dirasa membosankan. Ini hanya pemanasan, saya tidak akan membahas masa lampau dari kota ini. Ada hal lain yang ingin saya bagikan.
Di kota ini, ada sebuah rumah adat. Namanya Balre Masigi yang dibangun di tempat bekas istana para raja Toli-toli, bentuknya sangat unik. Penuh arti keislaman, sebab memang dulu kota ini dipimpin oleh seorang raja dan kejayaan dirasakan setelah agama Islam memasukinya. Rumah-rumah adat di luar pulau Jawa, pasti identik dengan rumah yang berbentuk panggung. Hanya saja, ada hal-hal unik yang menjadi pembeda. Bentuk atap Balre Masigi bertingkat berjumlah lima susun yang melambangkan rukun Islam. Dalam bahasa Toli-toli, tangga yang digunakan disebut ondan diapala dengan ditambah ornamen kepala buaya. Memiliki arti sebagai kekuasaan dan menggambarkan bahwa masyarakat suku Toli-toli bersifat sabar tetapi seketika marah jika wilayah daerahnya diganggu. Warna rumah adatnya pun khas kota ini, yaitu kuning.
Balre Masigi Toli-toli (Dok. Pribadi) |
Balre Masigi ini, diresmikan oleh Bupati Toli-toli pada tanggal 6 Desember 2006 bernama Bapak Ma’ruf Bantilan. Ketika memasuki wilayah halaman rumah adat ini tak ada tarif yang dikenakan, langsung masuk saja. Pikir saya, ketika masuk ke dalam rumah tersebut juga akan mudah layaknya memasuki halaman. Namun rumah tersebut terkunci yang artinya pengunjung dilarang masuk ke dalam. Rasa penasaran akan isi di dalamnya pun hilang. Tapi view dari halaman rumah ini cukup apik. Sayang sekali jika melewatkan moment berfotonya. Esok, ketika saya kembali lagi menghampiri rumah ini saya akan usahakan memasuki dan akan menambahkan sedikit ceritanya. Selamat membaca.. ^^
Teras Balre Masigi (Dok. Pribadi) |
Halaman Balre Masigi (Dok. Pribadi) |