Ketika
mentari pagi mulai mengintip dari gelapnya. Raga ini bersapa dengan sapaan yang
tak asing ditelinga “Selamat pagi... “. Namun, selalu berganti dengan “Semangat
pagi...“ karena hidup harus terus bersemangat. Tak peduli pagi, siang ataupun
malam. Bagaimana kabar negeri ini? negeri yang sudah 23 tahun saya tinggali.
Semoga selalu baik-baik saja.
Saya
dengar Indonesia sekarang terus melakukan pembangunan. Apalagi pembangunan
untuk daerah-daerah tertinggal sedang panas-panasnya dikampanyekan melalui
berbagai akun web dan media sosial. Benar tidak ya? Atau hanya sekadar mimpi
yang merasuk dalam tidur? Jika memang itu semua benar-benar adanya. Sungguh luar
biasa program-program di negeri ini. Berarti, bisa dikatakan bukan sekedar
berita hoax yang membumi. Pun
upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk pemerataan kesejahteraan dari pulau
terpencil (khususnya) bukan sekedar orasi belaka dari para pejabat-pejabat yang
duduk di kursi kekuasaan negeri ini.
Saya
sapa kembali, “Semangat pagi negeri...” untuk kedua kalinya saya tidak akan
menanyakan kembali kabar negeri ini. Akan tetapi, saya hendak mengajukan
pertanyaan satu saja, “Tak inginkah kau bertanya kabar dari Si Penulis surat
ini?”. Baiklah, mungkin negeri ini sedang sangat sibuk. Tak apalah saya saja
yang ingin ditanya dan diperhatikan. Tapi, memang benar, saat ini saya
memerlukan sosok yang ingin mendengarkan cerita saya untuk diperhatikan.
Beberapa
waktu yang lalu, saya melakukan sebuah perjalanan. Tepatnya suatu ekspedisi
untuk menyapa negeri ini di ujung Pulau Jawa yang sangat dekat dengan
Kalimantan. Yang mana tempat itu jarang sekali dijamah oleh pendatang.
Tempatnya pun di daerah laut Jawa yang banyak kabar dengan mitos aneh-aneh
terkait pulau ini. Pulau yang katanya terletak di antara Segi Tiga Bermuda.
Pulau sangat kecil yang sewaktu-waktu bisa saja hilang sebab air laut yang
menghempaskannya. Belum lagi akses untuk
menuju ke tempat itu yang hanya mampu dijangkau dengan sebuah kapal perintis.
Selamat datang di Pulau Masalembu.
Pulau Masalembu |
Ada
lagi satu pulau yang unik, jarang sekali orang mau menjamahnya setelah Pulau
Masalembu. Jangan bayangkan adanya dermaga yang siap menjadi tempat
bersandarnya kapal seperti halnya Pulau Masalembu. Justru, petulangan akan
berlanjut setelah kapal perintis bersandar di pulau tersebut. Dengan sebuah
perahu nelayan yang siap mengantarkan penumpangnya dari kapal perintis menuju
pulau itu. Destinasi membelah lautan bebas dengan waktu dua jam perjalanan
(jika kondisi cuaca bagus) menuju pulau tersebut, Pulau Masakambing.
Mungkin
ada, sebagian orang beranggapan saya ini bodoh. Kehidupan di kota Metropolitan
kedua di negeri ini, jauh lebih nyaman ketimbang harus meleburkan diri bersama
masyarakat di pulau yang sangat jauh dengan yang namanya kenyamanan. Listrik
yang hanya menyala kala malam hari, dan setelah pukul 11 malam serasa tak ada
kehidupan lagi. Kenyamanan rumah dengan kamar yang beralaskan kasur empuk
beralih dengan sebuah rumah penduduk atau polindes sederhana dan tidur hanya
beralas seadanya. Sinyal internet yang kapan saja bisa dinikmati berbalik 180
derajat. Jangankan sinyal internet, sinyal telpon saja hanya ada di satu titik,
itupun kadang ada kadang pun tak ada. Sekolah yang sangat penting bagi pendidikan
setiap orang, biasanya dapat dengan mudah menjumpainya di perkotaan, berpindah
hanya satu sampai dua sekolah yang bisa ditemui. Padahal jika memandang wajah
anak-anak pulau, mereka penuh dengan harapan dan semangat untuk berpendidikan
tinggi sama halnya dengan anak-anak diperkotaan. Ah, sepertinya saya sudah
terlalu banyak bercerita namun belum berkenalan. Hanya saling bersapa
tanpa tahu, kapan surat ini berbalas
pada si penulis ini. Sudahlah tak apa, nama hanya sekedar nama, nanti pun kau
akan tahu sendiri.
“Semangat
pagi negeri Indonesia...” kembali saya menyapa untuk kesekian kalinya. Kali ini
saya tidak akan menanyakan kabar negeri ini, atau pun bercerita untuk
diperhatikan. Sebab saya hanya ingin menyampaikan kerinduan akan negeri yang
katanya indah ini. Sungguh saya sangat rindu. Sudah banyak yang bercerita
ataupun menuliskan hal-hal tentang negeri ini yang membuat saya jenuh dan ingin
rasanya segera bergerak, beraksi, bukan hanya sekedar mengumbar omong kosong
tanpa bukti yang nyata untuk benar-benar melihat keindahan indonesia, senyum
masyarakat yang menantikan kehidupan yang lebih baik. Pembangunan yang
diimpi-impikan banyak orang. Khususnya untuk mereka yang hidup di tempat
terpencil.
Saya
tahu, suatu kesejahteraan yang diharap-harapkan banyak orang diluar sana tidak
dapat terwujud dengan seorang diri. Butuh kerjasama untuk saling menopang satu
sama lainnya. Ini sekedar corat-coret yang dijejakkan disini. Agar pemuda
ingusan satu ini senantiasa menjadi pembelajar dan melebur bersama untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat negeri ini dari apa yang bisa dilakukan.
Memenuhi kepuasan batin sendiri diluar pekerjaan yang selama ini digelutinya. Memberikan
kebermanfaatan diri kepada banyak orang melalui satu media yang digandrungi
oleh pemuda-pemuda di Indonesia yang diharapkan setelah kembalinya dari
pulau-pulau terpencil akan ada jejak yang ditinggalkan untuk peradaban
selanjutnya melalui Rintara Jaya Jawa Timur. Adakah yang membersamai keinginan
dan harapan ini? Dan akankah terwujud impian itu jika hanya segelintir manusia
saja yang memimpikannya? Entahlah. Waallahu’alam.
Teras Rumah
06.01 WITA
Toli-toli, 14
Februari 2017
Muyasaroh
Pemuda gila yang
merindukan perubahan
Dermaga Masalembu |